Minggu, 24 November 2013

Kerinduan Jiwa


Sejauh mata memandang kearah lautan biru, sebatas itulah fikiranku berkeliaran tak tertuju. Laut lepas nan dalam, dari kejauhan nampak damai nan tenang.  

Tiba-tiba aku merindukan hal seperti itu, tanpa peduli mungkin saja sesuatu yang menghanyutkan bersembunyi dibawah sana. Jiwaku seperti meronta, memanggil kedamaian agar mendekat kedalam peluk. Dekat dan sedekat-dekatnya.

Ah, aku tertunduk, menyembunyikan wajah malu dalam pangkuan. Kepala ku tempelkan pada dua lutut. Untuk mempereratnya, ku rapatkan dengan kedua tanganku. 

Sabtu, 23 November 2013

Dan Aku Tidak Pernah Lelah,,,

Kelanaku, andai saja engkau berikan sedikit kepercayaan atas setiap langkah yang ku ambil, atas setiap senyum yang ku lemparkan, atas setiap sapaan yang ku terima dan setiap yang ku lakukan. Kelanaku, jika boleh hati yang selalu diselimuti gundah ini bertanya, sepenting apa aku ini untukmu? sejauh mana kehadiranku memberimu kenyamanan dan kedamaian untuk jiwamu? adakah sikapku benar telah menyakitimu, merobek kepercayaanmu. Hingga tak tersisa sedikitpun untuk ku lagi.

Sudikiranya dikau melihat lebih dalam ke dalam hatiku, disana, jika diibaratkan hati ku seperti sebuah ruang, maka dindingnya terbuat dari namamu, langitnya dari wajahmu, lantainya dari senyummu. Jika sudah begitu, jika engkau dapat melihatnya, mungkinkah ada yang bisa singgah lagi disana? aku tak pernah lelah untuk menunggu kedewasaan mu, bahwa inilah aku hidup dengan cintamu.

Aku sedih dalam penantianku menunggu pengertianmu. Sungguh. Bertahun kita telah hidup bersama, masih saja kau pertanyakan kesetiaanku. Kadang aku berfikir, apa selama ini kau yang tidak merasakan kehadiranku? kadang aku juga bingung, mencari-cari dimana letak salahku. Aku berdoa, Tuhan,, turunkan satu cermin ajaib untukku agar aku bisa melihat dimana kesalahanku ketika cermin-cermin disini hanya berdiam diri saja saat aku bertanya.

Rabu, 20 November 2013

Satu Hari Sebelum Hari Ini

Namaku Etty Rismanita. Biasa dipanggil Etty. Nama Ayah Zainal Abidin Yusuf dan Rohana Idris, aku terlahir berkat cinta kasih mereka. Di sebuah desa kecil di tepi laut, yang dikenal dengan Padang Meurandeh, Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Aku terlahir pada tanggal 02 Mei 1991, tanggal yang mungkin bersejarah bagi Indonesia, dimana pada 02 Mei disebut dengan hari pendidikan nasional. Aku anak ke tiga dari lima bersaudara, dan aku anak perempuan yang tertua.

Sejak kecil aku dibesarkan disana, tiap hari bermain dengan ombak dan kepiting kecil, aku sekolah  SD pada tahun 1999. Kebetulan sekolah itu terletak berseberangan dengan rumah. Jadi, tiap pagi aku menunggu lonceng masuk dari rumah, begitu derit gerbang berbunyi pertanda ditutup aku langsung  loncat.   

Sama seperti halnya dengan anak-anak seusiaku. Kami bermain disekolah dan sehabis sekolah. Dikalangan teman-temanku, aku sering dibilang seperti anak laki-laki.  Satu hal, yang membuat aku malu hingga hari ini, aku tidak bisa memainkan permainan loncat tali atau grop getah. Permainan yang disukai kaum perempuan ini. Aku malah menyukai permainan anak laki-laki seperti bola pimpong dan kelereng.

Senin, 26 Agustus 2013

Hati yang Berdarah

Lembayung menggantung dilangit
Aku berpeluh dipayung lelah
Memeluk harapan sekuat hati
Hati yang berdarah
Kecewa

Untuk cerita yang akan segera berakhir
Jemari ku berhenti dihalaman awal
Luka berserak
Darah kembali mengalir
Dari dalam hati

Minggu, 21 Juli 2013

Kawen Paksa (Meubalah Panton Aceh)


Geutuleh le Etty Rismanita, Nazar Shah Alam, dan Muhammad Ali

 Etty Rismanita

Salamualaikom e sigom wareh
Hana ta tuleh keu kawen paksa
Sidroe pemuda geuthem meu abeh
Demi peulareh disinyak dara

Dalam cerana ranup seulaseh
Gapu geutindeh keu cukop atra
Meukawen paksa cukop meupaleh
Hate lam seudeh siumu masa

Meubalah Pantoen

NZA
Le Syeh Manggeng (Etty Rismanita) ngon Syeh Pengko (Nazar Shah Alam)

sumber: grup Sastra Aceh facebook, 26-27 Maret 2012

Syeh Manggeng
Assalamualaikom hai tengku jampok
Pat taduk jinoe digata?
Nibak malamnyoe ulon that suntok
Ku preh-preh troek lawan meucakra

Soe nyang beuhe jaroe neutunjoek
Jet lon peurabok jeut-jeut anggota
Taba laju senjata keuno beu-ok
Beuthat pih rayek hanjet keumara

Beuthat pih AK keuno tatarok
Hanjet ke reudok masam ngon muka
Munyoe gata sep sigoe geu reu,ek
Laju meutumpok hana meudaya

Dua Gadeh Emak

Elfi (Foto: 2012) / Etty (Foto: 1997)
Lihat poto disamping ! saya fikir ada beberapa kemiripan. Ya, yang mengenakan baju putih dan celana merah itu Saya, seperti bendera saja hehehe potonya diambil sekitar tahun 1997 dan 1996, saya sudah lupa tahun pastinya, dilihat dari segi gambar nampak buram maklum kamera waktu tahun itu lagi tak canggih. Hehehe

Dan sebelahnya, itu Adik Saya, umurnya sekarang sekitar 5 dan 6 tahun. Dia Adik nomor dua, yang sebelumnya laki-laki yang kini baru tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Posisinya disini, ia anak tuloet dan Saya anak tengah atau anak ketiga dari lima bersaudara yang selebihnya laki-laki. Artinya dalam keluarga saya ada tiga laki dan dua perempuan.

Sabtu, 20 Juli 2013

Jiwa yang Lain

Ketika keindahan itu mulai merasuki alam hati, memberi warna seperti pelangi di pagi hari. Menggenggam tangan mengajak terbang untuk mewujudkan mimpi, ke atas awan bermain dengan butiran-butiran hujan, jauh sangat jauh merasuki diri dan bahkan aku menemukan diriku dalam bentuk diri yang lain, senyuman yang lebar, dada yang lapang. Barangkali, aku memiliki dua wajah. Oh tak mungkin.

Sejak hari itu, aku, jiwaku, impianku seperti termiliki oleh jiwa yang lain. Jiwa yang sulit untuk ku jelaskan bentuknya, rupanya dan caranya menggenggam mimpiku. Entahlah, saat itu hati seperti deburan ombak yang menubruk karang sedangkan jiwaku melayang-layang ditengah lautan. Kemanapun ku lemparkan pandang, hanya ada mimpi, mimpi dan mimpi baru yang kelak akan terwujud.

Jumat, 19 Juli 2013

Selamat Berteman, Teman

Net
Izinkan kedua tanganku menutup semua bayangan buruk yang menghantui mata dan hatimu, izinkan kedua tanganku menampung air kesedihan yang menetes dari luka silammu yang nian dalam terpacang di palung hatimu. Aku melihat kerut luka yang merajut di wajahmu, garis-garis kebencian yang tersulam di ronamu dari goresan jemari hatimu. 

Mungkin tanganku tidak menjanjikan keindahan, seperti mengubah lukamu menjadi tawa, sedihmu menjadi senyuman, dan menggantikan derita yang engkau tangisi menjadi bahagia. Tapi hanya itu yang bisa kulakukan saat melihat hatimu terluka, matamu membendung tangis dan dadamu dipenuhi sesak.

Selasa, 16 Juli 2013

Ketika Pembual Jatuh Cinta

Entah bagaimana aku bisa menafsirkan segala rasa yang hadir di palung hati ini, ia bagai sayap yang membuat ku mampu terbang menjelajahi negeri cinta yang dipenuhi dengan kepura-puraan, ia bagai lentera yang menerangi sejagad hitam nan kelam, ia bagai senja yang dipenuhi dengan warna-warni ketenangan dan kelembutan. 

Ia adalah jiwa yang diam, melirik dengan sorot mata yang tajam dengan kelembutan dan keteduhan. Ia adalah kerinduan yang bersemayam dihati nan dalam, kerinduan yang hadir tanpa jarak, tanpa waktu dan tanpa syarat. Ia adalah senapan tanpa peluru megah, emas beracun, kuningan beracun atau besi yang diruncingkan. Ia senapan yang berpeluru kehangatan.


Ia dan ia adalah sejagad rasa yang tak mampu ku tuangkan dalam rasa, tak mampu ku jelaskan pada hati dan ku beri jawab pada tanya. Hanya kemurahan tangan Tuhan yang mampu memberi kejelasan kisah ini akan bermuara kemana.
Ah, akankah engkau percaya kata yang keluar dari pemabok berat? aku seorang pembual.

Kamis, 11 Juli 2013

Dalam Sebuah Truk ke Negeri Dingin

Dok. Pribadi
Cerita ini terlalu panjang, kami melakoninya selama 24 jam x 4 kali dimulai pada hari minggu dan berujung di Rabu siang. Entah darimana aku harus memulainya? dari tawa, cemberut, marah, panik, takut ketika harus menyaksikan mobil terbalik di tubuh Inang-Inang dan wajah-wajah sibuk itu, atau dari gempa yang menggoyang ditengah rasa panik atau sebuah truk kuning yang selalu bocor ban. Atau dari hujan yang datang tiba-tiba? ya, hujan !. Hujan memang suka menghadirkan sesuatu yang tidak di mengerti dengan akal tapi untuk kali ini aku tidak mau menerka-nerka, biar mereka yang memutuskan untuk memulai atau pun mengakhiri yang tidak terterka itu. Ah seperti mengulang cerita lama saja, saat empat perempuan lajang menjadi pemeran dalam dialog hati yang singkat itu. (hehehe

Rabu, 12 Juni 2013

Hujan Lagi

net
Hari ini hujan kembali mengguyur kota, negeri ini sejenak dalam beberapa terakhir seperti berada dalam kegelapan. Mentari menghilang entah kemana, mungkin sedang bersembunyi di balik gunung sana. Entahlah.

Bila malamnya sangat gelap, dingin dan suara-suara katak "mengaji" menggema. Mereka itu kompak sekali mengirim doa akan datangnya hujan.

Beginilah negeriku sekarang, langit menangis disetiap waktu, jalanan basah kuyup, genangan air dimana-mana. Daunan pohon terkantuk-kantuk disepanjang jalan kota ini. Apa jantung negeriku sedang terluka? Entahlah. Aku hanya berharap seseorang datang dan menghentikan hujan ini untuk beberapa saat saja.



Selasa, 11 Juni 2013

Surat Terakhir Untuk Kekasihku

net
Salam Rindu ...

Duhai kekasihku, izinkan aku memanggilmu kekasihku, meskipun kita belum berkasih. Aku seperti hanya mengenalmu di setiap jalan hidupku, disetiap pandang terbuang, engkau disana
Saat lelah, engkau datang dengan senyuman sambil membawakan aku teh dalam cangkir keseriusanmu
Saat bahagia, engkau datang membawakan aku sajadah

"Ini harus di syukuri, Sayang"

Minggu, 02 Juni 2013

Ruang Jiwa Putroe Manggeng

* Bulan

Jika ku ibaratkan ada sebuah hati seperti bulan yang sedang bersinar terang dimalam mu, adakah engkau mempercayainya?

Aku tidak bermaksud untuk menjadi bulan di malammu.  Sebab, jika gemerlap dimalammu tak kunjung hilang, bulan hanya akan jadi bayangan semata yang samar-samar hilang cahaya. 


                                                  * Malam *

Biar senandung indah malam yang mengabarkan segala resah ini keharibaan hatimu, yang bahwasanya telah ku temukan perekat kepingan hati dalam harumnya kasihmu.

Awal Juni, Rantingku Tumbuh Empat

net
Kini aku berusia enam tahun, tepat dua bulan yang lalu dimana hari pertama aku melihat cinta, kasih sayang, semangat dan kebersamaan dari kelopak mata kecilku. Gejolak kelahiran itu terlahir dari jiwa-jiwa yang menolak tertindas, jiwa-jiwa yang merindukan keteduhan dan kedamaian. Lebih tepatnya aku dilahirkan saat-saat kehidupan sedang dalam musim kematian, gersang dan kemarau yang berkepanjangan. Dimana musim, silih berganti dalam hitungan kedipan mata. Dimana kehidupan malam berjalan tanpa sinar bulan dan kehidupan siangnya berjalan dalam kebutaan. Dimana senyuman adalah gua kegelapan yang dibungkus dengan indah dan tangisan adalah himne-himne perjuangan yang layak dialunkan diseluruh taman ini.

Sementara, disudut sana para musafir kehidupan terbungkuk-bungkuk, tertatih, menyampir beban diluar kemampuan bathin mereka. Dalam negeri taman ini, pada hari itu hanya diisi oleh kerangka-kerangka yang hidup, berjalan dengan dahaga, dengan panas yang membakar ubun-ubun. Mereka duduk diatas aturan-aturan yang mencekam, mencekik dan membunuh secara perlahan. Gejolak inilah dasar kelahiranku di tanah ini, oleh jiwa-jiwa yang tak menutup mata, jiwa-jiwa yang bersuara lembut.

Jumat, 17 Mei 2013

Hilangnya, Empat Perempuan Lajang

net
Dulu saat hujan turun menetes dilautan asin, bersama badai sesekali menerpa atap kertas tempat empat perempuan lajang komat-kamit dengan isu kemerdekaan sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas. Kadang lantang, kadang pelan, suara mereka terdengar hati-hati. Sebab ini musim juga sedang tidak bagus, diluar sana banyak pemulung suara bahkan para penikam juga berkelana dengan sembunyi-sembunyi. Tapi kadang juga tak jelas maknanya, ya itulah pembahasan yang sealakadarnya dengan pengetahun yang sedangkal-dangkalnya. Hujanpun begitu lebat, badai melaju cepat.

Mereka tidak pernah tahu kemana arahnya, siapa mereka yang berhak berbicara tentang itu, tapi yang jelas ada empat perempuan lajang yang terlahir dari berbagai dataran yang tertinggal kemudian bertemu di tengah hujan dan badai yang sedang menimpa negeri elok ini. Maka berbicaralah mereka dengan kemampuan yang ada di tengah badai dan hujan itu sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas.

Selasa, 16 April 2013

Ilusi Sunyi




Cinta, haruskah aku mengubah mawar merah itu menjadi putih untuk meraih mu?

Rindu, aku tak lagi seperti yang dulu bahkan untuk sedetik yang baru saja berlalu, tapi aku tetaplah aku

Cinta, jika dalam hidup ini diberikan satu kesempatan untuk terlahir kembali maka aku ingin terlahir kembali, dan meraih hatimu lagi

Rindu, Tuhan saja hanya memberikan kita satu hati, lalu bagaimana aku bisa memiliki hati yang lebih selain untuk hatimu

Dan Cinta, Rindu, jadilah bola mataku maka kau akan mengerti seperti apa diriku

Agar kau tak salah memahami perasaanku dan rindu yang kumiliki betullah bertuan

Kamis, 11 April 2013

Puisi Karya Taufik Ismail : Tuhan 9 Cm

Net
Tuhan Sembilan Senti
 

Oleh : Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,

di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Rabu, 10 April 2013

Catatan Mr Tamly

Entah berapa banyak sudah goresan kisah syahdu yang tertulis dalam ingatan. Sengaja dan bahkan tidak, kata perkata mulai menyatu, merangkai dan menjadi titik terangnya. Mulanya seperti ttitk-titik hujan yang jatuh, perlahan namun kian pasti, dan tubuh mulai terasa basah, jalananpun kian licin karenanya. Akhir dari hujan akan membentuk kolam, akhir dari cinta entah bagaimana?

Seumpama titik hujan jua, begitulah kiranya tak terhitung lagi kebersamaan yang terjalin diantara hati yang digeluti rasa ragu, hampa dan bahkan untuk perasaan yang sulit terbaca.

Mr. Tamly. Di pertengahan April, hujan turun lagi. Entah memberi rasa baru atau menyapa rasa lama yang hingga kini tak jelas tajuknya. Entahlah. Tapi aku berharap, hujan kali ini akan memberikan satu kepastian, pertahankan yang lama atau mengikat yang baru dengan jelas adanya. 

Minggu, 07 April 2013

Musim Gelisah

Dok.Pribadi
Teruntuk Kelana yang selalu terindu. Sesosok jelmaan yang tanpa jemu, menemani dan memberi warna pada lembaran hati yang kian sendu.Tapi kata hanyalah sebatas kata, entah bila masanya semua kata itu terwujud dalam sebuah pembuktian. 

Dan pada kenyataan kini aku memang hidup dengan jelmaan dalam berbagai keadaan aku menerimanya dengan ikhlas. Tapi penantian itu ada jua batas dan tepinya, duhai pemilik jiwa. Seperti dalam hidup ini, kita menanti sekali untuk mati, juga akan menanti sekali untuk cinta.

Entahlah Kelana, biarlah kata itu jadi kata untuk waktu yang tak terhingga. Sebab aku tak bisa dan tak mudah jua dengan yang lain. Tiada yang lebih darimu, begitu pula tak ada yang kurang dari yang lain. Hanya hati yang tau inginnya. 

Kelana, sudah sekian waktu berlalu penuh dengan dentingan rindu dari ranah pelukanku. Pada detik ini, entah angin mana yang membawakan satu tanya dalam hati, satu rindu yang sedikit menggoresnya. Entahlah, pada siapa jua akan ku tuntut, jika semua curiga dan tanya betul adanya? aku terasing dari sisimu, begitu juga sebaliknya.

Senin, 01 April 2013

Di Awal Bulan April

internet
Kelanaku...

Jalanan panjang, berliku, berduri, bebatuan telah terlalui. Sekian waktu telah habis untuk itu, detik berganti menit, jam, hari, minggu, bulan hingga mencapai lusinan bulan yang kemudian menjadi tahun. Cukup lelah sebenarnya, jika boleh aku mengeluh. 


Namun Kelanaku, raut cinta diwajah mu memberiku kekuatan untuk menempuhnya lagi. Benar, Tuhan telah menciptakan aku satu hati, untuk hatimu dan perjalanan ini untuk hati kita.
Kadang dalam hati rapuh, aku ingin berhenti, aku ingin menikmati masa yang tersisa dengan mu. Sekejap saja. Aku takut, aku tak mampu menempuh dan aku hilang di tengah jalan. 

Jumat, 29 Maret 2013

Siapa Lagi yang Bisa di Percaya?

Net
Sebaik-baiknya muhrim bagi seorang perempuan iyalah suaminya, tapi untuk tindakan kekerasan terkadang masih diragukan. Asal tahu saja, kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT masih dominan di Aceh dari beberapa kasus kekerasan yang dialami perempuan.

Kekalutan seorang perempuan pun kini beralasan, dibalik rasa takut karena banyak dari kaum-kaum lain yang tidak dapat dipercaya lagi. Tidak adanya rasa aman, terkadang membuat gerakan seorang perempuan itu tebatas. Semisal kekerasan yang dialami perempuan dalam komunitas atau kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat, nah untuk kasus ini di Aceh berada di peringkat ke 2 setelah KDRT sejak dua tahun terakhir ini. 


Seperti hasil laporan dua tahunan kasus kekerasan terhadap perempuan oleh sejumlah aktifis perempuan dan HAM dibeberapa kabupaten kota di Aceh. Untuk kasus KDRT mencapai 403 kasus, sementara kasus dalam komunitas mencapai 148 kasus. Itu hanya beberapa kabupaten di Aceh, bagaimana dengan 23 kabupaten di Aceh lainnya?.

Kamis, 21 Maret 2013

Masih di Tempat yang Sama

Lampuuk
Aku masih di tempat yang sama, tempat yang kau tinggalkan
Kepergianmu kearah matahari tenggelam adalah sebuah mimpi yang telah ku telan


Disana, pada sepotong senja kau tinggalkan harapan seakan kembali. Kembali disini, merajut mimpi-mimpi kita yang telah tertunda
Tapi entah untuk waktu kapan?
Akupun tak pernah jemu untuk itu

Kamis, 07 Maret 2013

Kami (Kembali Kerumah)

Dok. Pribadi
Kini kami berkumpul kembali, setelah sekian lama sebagian diantara kami terbawa angin. Dengan berbagai sebab dan alasannya. Tapi yang pasti, karena kami belum kuat terpancang. 

Sebentar lagi dirumah kami akan ada acara kanduri besar, kanduri untuk hari bersejarah.

Entah karena kanduri itu kami berkumpul? jawabannya ada dihati mereka dan juga di hati kami.
Ini duduk kami yang pertama kalinya untuk membahas kanduri besar yang akan kami gelar awal bulan April ini. Meskipun belum semuanya hadir, tapi kami akan menunggu untuk kepulangan mereka-mereka yang masih jauh dari kami. Dari rumah kami.

Sabtu, 02 Maret 2013

Sebuah Pengharapan

Net
Aku melakukannya dengan penuh kerinduan
Dengan hati, dengan jiwa dan dengan segala-galanya
Padamu aku telah berserah
Sangkiranya kau senja yang akan membawa malam
Membawa keindahan dalam bulan dan bintang

Aku melakukannya dengan penuh cinta
Cinta yang mendalam, cinta dari segala cinta
Meski aku telah mencinta
Begitulah

Luka

net
Saat kau memahaminya
Hidup itu akan mudah dilalui
Bahkan untuk melanjutkannya kembali

Namun sudah kah kau fahami
Ada luka yang tak sembuh oleh waktu
Ada luka yang tak pernah mengering
Luka itu disini
Di lubuk hati yang belum terfahami
Luka yang kini mulai sakit








Kajhu, 02 Februari

Selasa, 26 Februari 2013

Heri Fuadi: Tukang becak yang juga pemandu wisata

Gemar menenteng kamus bahasa Inggris sejak SMA membuat ia bisa akrab dengan turis asing. Sembari berprofesi sebagai tukang becak, ia ikut menawarkan jasa menjadi pemandu wisata.
___________________________
BERKAUS hitam dan celana jins hijau lumut, lelaki itu duduk di salah satu kursi di sebuah kafe kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh. Ia Heri Fuadi, salah satu tukang becak yang sering membawa turis ke lokasi wisata.
Ditemui The Atjeh Times pada Rabu pekan lalu, Heri menceritakan pengalamannya menjadi pemandu dan berkenalan dengan banyak turis.
Lelaki berambut cepak itu pertama kali kenal dengan turis saat menjadi resepsionis di sebuah hotel di Sabang. Delapan bulan bekerja di situ, ayah dua putri ini mulai mencoba berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara.

Segarnya air kelapa pengganti minuman isotonik alami

MANIS dan segar. Itulah yang Anda rasakan jika meminum air kelapa. Terutama kelapa yang masih muda. Air kelapa tak hanya menyegarkan kerongkongan saat sedang dilanda dahaga, tetapi juga memiliki manfaat yang sangat baik bagi tubuh.

Kira-kira apa saja manfaat yang bisa didapatkan tubuh bila mengonsumsi air kelapa secara rutin? Ahli Media Gizi di Dinas Kesehatan Banda Aceh, Ely Silvani, kepada ATJEHPOSTcom pagi tadi mengatakan kandungan yang terdapat dalam air kelapa bisa membantu membunuh bakteri penyebab infeksi di salurah kemih.

Sebagai Hati yang Telah Terluka

Oh tidak untuk malam ini, Sayang
Biarkan aku merasakan cinta ini sendirian
Sebagai hati yang telah terluka
Biarkan

Biarkan angin meleraikan rambut-rambutku
Bermain diantara pipi-pipiku
Kita tidak untuk malam ini
Biarkan aku merasakan cinta ini sendiri
Sebagai hati yang telah terluka
Biarkan






Kajhu, Februari

Kumpulan Orang Gila (Kami)

Putroe Phang
Ini kumpulan orang-orang gila, orang-orang yang berbicara tentang kemerdekaan. Tidak pernah sedih walau terkadang sejuta persoalan menjerat masing-masing anggota. Namun ketika kami bersama, seolah luka tiada artinya. Kami tertawa, berbicara politik dengan seadanya, tentang kemerdekaan, tentang dunia pendidikan serta dunia kesehatan, selayaknya kami ini masih mahasiswa.

Namun satuhal, kami tidak pernah membicarakan tentang cinta. Tak pernah.
Ya, semacam cinta seorang demonstran siapalah yang bisa menyambutnya? mungkin.

Celaka ! Kegilaan Lagi

Celaka !
Kegilaan lama kambuh lagi
Datang lagi
Celaka !
Seperti mereka yang kecanduan pada barang yang sejenis pil itu

Ya ekctasi, pil halusinasi itu
Senikmat itulah

Malam (Hati yang Terluka)


net
Senyap. Bahkan dari sekedar jangkrik kecil yang berteriak disudut keheningan malam. Seperti  malam-malam sebelumnya, mereka berteriak, bernyanyi ria hingga tengah malam. Atau mungkin mereka telah kehilangan pita suaranya? entahlah. Malam ini betul-betul senyap, tanpa ritme lagu dan puisi-puisi cinta untuk penjaga hati yang entah dimana. Apa mungkin pita imajinasi ku juga hilang?


Malam ini aku seakan terkulum dalam lubang raksasa, dindingnya curam, aku tak bisa mendaki. Kedua kaki terjepit, tubuhku terhimpit. Aku sesak. Begitu cepat duka ini menyebar dalam sendi-sendiku, aku telah lumpuh dalam jiwaku sendiri. Aku menunggu lagi untuk waktu yang lama. Oya Tuhan, siapa yang gila?

Minggu, 24 Februari 2013

Tentang Kami dan Hujan

Ini tentang kami. Kami yang selalu bertemu didalam hujan. Sibiru, si abu-abu, sihitam, si merahtua dan sijantan tangguh atau kami menyebutnya Yah Manoek. Kisah ini berawal dari sebuah bengkel, akibat kesialan sibiru, simerah tua terpaksa mengeluarkan 17 lembar recehan sepuluh ribu pada tukang bengkel, kosonglah jadinya dompet. 

Tapi ini sungguh, sebenarnya bukan karena kesialan sibiru. Mungkin beginilah hidup, sakit dan sehat , miskin dan kaya hanya masalah waktu saja. Kali ini mungkin simerah sedang di uji, iapun tak ambil pusing. Sebab merajok pula nanti, bila menuduh orang lain sial.

Minggu, 10 Februari 2013

Tiga Tahun Setelah Kematian Mu



Ilustrasi
Tiga tahun aku hidup setelah kematian mu itu. Aku beranjak pelan meninggalkan semua kisah yang pernah kau lukiskan, menepikan sedikit demi sedikit puing-puing kasih itu ketepian. Aku hampir mati dalam kematian itu, menyisihkan jiwa dengan raga tidakkah hampir sama dengan mati?. Tapi aku harus melakukannya, sebab hidup harus berjalan bukan? Sekalipun aku telah tanpa mu. Lima tahun setelah kematianmu, aku layaknya seorang bayi yang memulai kehidupannya dari nol. Belajar merangkak, terjatuh dan bangun.

Tahukah engkau, belum sempurna aku berdiri. Hingga detik ini, setelah tiga tahun aku hidup dari kematianmu, masih ada saja yang membawamu kembali dalam ingatanku. Lima tahun yang lalu telah ku pastikan, telah menguburmu dalam. Dalam sekali. Dalam ingatan. Dalam hati. Di tempat yang paling dalam. Tapi ada saja  yang membuatnya mencuak ke permukaan. Terkadang. Hingga hati ini bergetar kembali, meronta lagi,  kenangan terkenang lagi. 

Kamis, 24 Januari 2013

Rela Berbagi



Spesial
Pergilah. Temui yang terkasih itu. Penuhi kewajibanmu. Kelak bila masanya tiba, maka kembalilah seperti sediakala padaku. Aku menunggumu, sekalipun hari sudah senja. Dan selama itu pula, biar aku merawat sepi ini seperti biasa. Seperti saat-saat kau tinggalkan aku untuk merantau. Akan ku simpan rindu ini dalam bingkisan-bingkisan cinta, kelak kita kan membukanya. Untuk keduakalinya. 

Sebatas pengertianku, telah ku lepaskanmu, merelakanmu untuk dia. Ia perempuan sama sepertiku, aku tau betul apa yang dia rasakan ketika anak-anaknya tak tumbuh bersama Ayahnya. Aku sudah cukup. Sekarang gilirannya. Kenyataan ini pahit. Pahit sekali. Aku harus membagi suami, membagi jiwaku sendiri untuk perempuan lain. Tapi aku harus melakukannya, harus.

Minggu, 20 Januari 2013

CERITA KU



Net

Aku punya sesuatu barang di kamar. Aku meletakkanya di paling sudut. Ia barang lama, dulu ia sangat membantuku dalam membuat tugas, tugas yang memang bisa dilakukannya. Terkadang dalam menyelesaikan tugas itu, kami bergadang hingga tengah malam. Ia kapanpun aku butuhkan ada, malah aku yang minta ampun. Malas. Ketika berhadapan dengannya. Tapi satu hal, ia juga tidak pernah memaksaku.  Ia hanya siap saja. Dengan dia juga aku belajar, bagaimana memegangnya, memainkannya dan beberapa hal lainnya.  Cukup membantuku.

Namun, yang namanya barang lama. Ia juga di makan usia dan waktu. Ia sering sakit. Sudah beberapa kali aku membawanya ke rumah sakit. Entah apa penyakitnya, yang jelas bukan penyakit menular, bukan penyakit infeksi. Tapi sedikit cenderung ke penyakit degenerative. Sejenis stroke, hipertensi, diabetes meletus dan lain-lainnya. Namun barang aku itu, tak separah itu. ia masih bisa disembuhkan, dengan satu dua operasi. Tapi karena masalah umur, penyakitnya juga sering kambuh. 

Selasa, 15 Januari 2013

PENEMBUS BATAS DAN HUJAN



Penembus Batas

Baru saja kita berbaik. Namun aku kembali untuk meninggalkan mu disana. Bukan tak cinta. Bukan. Ada sesuatu yang tak mampu ku jelaskan. Sepatah kata yang sangat ingin untuk kau fahami. Tapi, entahlah aku ragu. Kau akan memahaminya. 

Jelmaan kelanaku. Sangkiranya kau faham, tiada kehidupan yang ku lalui tanpa dirundung bayanganmu. Aku pergi lagi. Tak untuk kebersamaan kita. Tapi untuk dia dan dia.

Tapi maaf, hari itu aku tak sendiri. Aku ditemani oleh beberapa manusia usil, tapi berjiwa tinggi, semangat menjulang seperti Seulawah Agam yang berpucuk pada bahu awan. Sedangkan Seulawah Inoeng, adalah semangat kebersamaan yang terjalin disepanjang jalan. Sekalipun berliku, berlobang dan menanjak. Tapi ia begitu yakin memberi harapan kepada kami, untuk berjuang demi kemanusian di negeri seberang sana, yang baru disepuh bandang. 

Senin, 07 Januari 2013

Saat di Depan Tivi



Etty N Nova

MALAM ini mungkin sebagian mereka telah tertidur, merangkai mimpi-mimpinya dengan ranum. Setelah diguyur hujan sehari penuh tadi siang, menciptakan nuansa dingin bukan kepalang. Tentu ini bagus untuk bermimpi-mimpi. Namun aku menyempatkan diri duduk di depan tivi, selain dari kebiasaanku yang tak bisa cepat lelap, juga bersebab besoknya minggu. Aku tak perlu cepat bangun berkejaran dengan matahari, selain libur dari kampus juga libur kerja. Segera aku mengambil remot dan memilih chanel kesekuaan ku. 
Diluar sana, helaan-helaan angin mengajak daun bergoyang kian mengeluarkan suara. Sedikit riuh  namun lima tusuk sate dan secangkir teh setengah dingin menjadikan aku melupakan suara-suara kecil itu. Tiba-tiba handphone ku berbunyi, hanya nada sms. Aku menahan diri untuk tak melihat, membaca. Aku takut. Takut dari bos dikantor, sebab aku tak datang rapat.  Kata-kata itu pasti mengiris-ngiris lidahku. Aku bergetar. Layaknya hape. Ah sebaiknya tak ku baca saja. Mungkin sampai besok pagi. Sebaiknya ku matikan saja hape itu, biar tak disusul dengan nada panggilan.