Kamis, 24 Januari 2013

Rela Berbagi



Spesial
Pergilah. Temui yang terkasih itu. Penuhi kewajibanmu. Kelak bila masanya tiba, maka kembalilah seperti sediakala padaku. Aku menunggumu, sekalipun hari sudah senja. Dan selama itu pula, biar aku merawat sepi ini seperti biasa. Seperti saat-saat kau tinggalkan aku untuk merantau. Akan ku simpan rindu ini dalam bingkisan-bingkisan cinta, kelak kita kan membukanya. Untuk keduakalinya. 

Sebatas pengertianku, telah ku lepaskanmu, merelakanmu untuk dia. Ia perempuan sama sepertiku, aku tau betul apa yang dia rasakan ketika anak-anaknya tak tumbuh bersama Ayahnya. Aku sudah cukup. Sekarang gilirannya. Kenyataan ini pahit. Pahit sekali. Aku harus membagi suami, membagi jiwaku sendiri untuk perempuan lain. Tapi aku harus melakukannya, harus.

Minggu, 20 Januari 2013

CERITA KU



Net

Aku punya sesuatu barang di kamar. Aku meletakkanya di paling sudut. Ia barang lama, dulu ia sangat membantuku dalam membuat tugas, tugas yang memang bisa dilakukannya. Terkadang dalam menyelesaikan tugas itu, kami bergadang hingga tengah malam. Ia kapanpun aku butuhkan ada, malah aku yang minta ampun. Malas. Ketika berhadapan dengannya. Tapi satu hal, ia juga tidak pernah memaksaku.  Ia hanya siap saja. Dengan dia juga aku belajar, bagaimana memegangnya, memainkannya dan beberapa hal lainnya.  Cukup membantuku.

Namun, yang namanya barang lama. Ia juga di makan usia dan waktu. Ia sering sakit. Sudah beberapa kali aku membawanya ke rumah sakit. Entah apa penyakitnya, yang jelas bukan penyakit menular, bukan penyakit infeksi. Tapi sedikit cenderung ke penyakit degenerative. Sejenis stroke, hipertensi, diabetes meletus dan lain-lainnya. Namun barang aku itu, tak separah itu. ia masih bisa disembuhkan, dengan satu dua operasi. Tapi karena masalah umur, penyakitnya juga sering kambuh. 

Selasa, 15 Januari 2013

PENEMBUS BATAS DAN HUJAN



Penembus Batas

Baru saja kita berbaik. Namun aku kembali untuk meninggalkan mu disana. Bukan tak cinta. Bukan. Ada sesuatu yang tak mampu ku jelaskan. Sepatah kata yang sangat ingin untuk kau fahami. Tapi, entahlah aku ragu. Kau akan memahaminya. 

Jelmaan kelanaku. Sangkiranya kau faham, tiada kehidupan yang ku lalui tanpa dirundung bayanganmu. Aku pergi lagi. Tak untuk kebersamaan kita. Tapi untuk dia dan dia.

Tapi maaf, hari itu aku tak sendiri. Aku ditemani oleh beberapa manusia usil, tapi berjiwa tinggi, semangat menjulang seperti Seulawah Agam yang berpucuk pada bahu awan. Sedangkan Seulawah Inoeng, adalah semangat kebersamaan yang terjalin disepanjang jalan. Sekalipun berliku, berlobang dan menanjak. Tapi ia begitu yakin memberi harapan kepada kami, untuk berjuang demi kemanusian di negeri seberang sana, yang baru disepuh bandang. 

Senin, 07 Januari 2013

Saat di Depan Tivi



Etty N Nova

MALAM ini mungkin sebagian mereka telah tertidur, merangkai mimpi-mimpinya dengan ranum. Setelah diguyur hujan sehari penuh tadi siang, menciptakan nuansa dingin bukan kepalang. Tentu ini bagus untuk bermimpi-mimpi. Namun aku menyempatkan diri duduk di depan tivi, selain dari kebiasaanku yang tak bisa cepat lelap, juga bersebab besoknya minggu. Aku tak perlu cepat bangun berkejaran dengan matahari, selain libur dari kampus juga libur kerja. Segera aku mengambil remot dan memilih chanel kesekuaan ku. 
Diluar sana, helaan-helaan angin mengajak daun bergoyang kian mengeluarkan suara. Sedikit riuh  namun lima tusuk sate dan secangkir teh setengah dingin menjadikan aku melupakan suara-suara kecil itu. Tiba-tiba handphone ku berbunyi, hanya nada sms. Aku menahan diri untuk tak melihat, membaca. Aku takut. Takut dari bos dikantor, sebab aku tak datang rapat.  Kata-kata itu pasti mengiris-ngiris lidahku. Aku bergetar. Layaknya hape. Ah sebaiknya tak ku baca saja. Mungkin sampai besok pagi. Sebaiknya ku matikan saja hape itu, biar tak disusul dengan nada panggilan.