Jumat, 17 Mei 2013

Hilangnya, Empat Perempuan Lajang

net
Dulu saat hujan turun menetes dilautan asin, bersama badai sesekali menerpa atap kertas tempat empat perempuan lajang komat-kamit dengan isu kemerdekaan sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas. Kadang lantang, kadang pelan, suara mereka terdengar hati-hati. Sebab ini musim juga sedang tidak bagus, diluar sana banyak pemulung suara bahkan para penikam juga berkelana dengan sembunyi-sembunyi. Tapi kadang juga tak jelas maknanya, ya itulah pembahasan yang sealakadarnya dengan pengetahun yang sedangkal-dangkalnya. Hujanpun begitu lebat, badai melaju cepat.

Mereka tidak pernah tahu kemana arahnya, siapa mereka yang berhak berbicara tentang itu, tapi yang jelas ada empat perempuan lajang yang terlahir dari berbagai dataran yang tertinggal kemudian bertemu di tengah hujan dan badai yang sedang menimpa negeri elok ini. Maka berbicaralah mereka dengan kemampuan yang ada di tengah badai dan hujan itu sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas.