Jumat, 17 Mei 2013

Hilangnya, Empat Perempuan Lajang

net
Dulu saat hujan turun menetes dilautan asin, bersama badai sesekali menerpa atap kertas tempat empat perempuan lajang komat-kamit dengan isu kemerdekaan sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas. Kadang lantang, kadang pelan, suara mereka terdengar hati-hati. Sebab ini musim juga sedang tidak bagus, diluar sana banyak pemulung suara bahkan para penikam juga berkelana dengan sembunyi-sembunyi. Tapi kadang juga tak jelas maknanya, ya itulah pembahasan yang sealakadarnya dengan pengetahun yang sedangkal-dangkalnya. Hujanpun begitu lebat, badai melaju cepat.

Mereka tidak pernah tahu kemana arahnya, siapa mereka yang berhak berbicara tentang itu, tapi yang jelas ada empat perempuan lajang yang terlahir dari berbagai dataran yang tertinggal kemudian bertemu di tengah hujan dan badai yang sedang menimpa negeri elok ini. Maka berbicaralah mereka dengan kemampuan yang ada di tengah badai dan hujan itu sambil mengacung-ngacungkan jagung yang berlumur saos pedas.


Berbulan setelah itu, badai, hujan telah bergulir, datang kemudian menghilang lagi. Atap kertas entah apa kabarnya? Empat perempuan lajang itu entah kemana, suara mereka tak terdengar lagi. Kadang aku berfikir, apakah suara mereka telah ditikam oleh penikam suara atau barangkali mereka telah bisu atapun jenuh? Atap kertas itu telah pindah penghuni, kemaren sore aku melihat sepasang manusia lain disana. Miris, kemana empat perempuan lajang itu?

Apakah mereka sudah menikah? Jika benar, maka hati mereka telah dicuri oleh penghuni lain dalam negeri ini, tak ada lagi kemerdekaan, tak ada lagi badai hujan. Mereka sudah terlelap di naungan-naungan hati makhluk lain. Mereka tak lagi lajang. Mereka sudah menemukannya cintanya dan hidup bahagia, barangkali ini yang mereka cari? berbicara isi negeri ini semisal kemerdekaan itu, hanya sebatas pengusik sepi sambil menunggu ada yang datang kemudian pergi. Tak lagi kembali.

Badai hujan datang lagi, aku rindu empat perempuan lajang itu. Semoga masih ada yang tersisa, sebab mereka dulu tak berbicara cinta.

 

0 komentar:

Posting Komentar