Jumat, 23 September 2011

Di Perbatasan Senja



Masih disini dengan guratan-guratan jiwa 
Yang berserakan dipenghujung  senja bertintakan emas, 
Seperti biasnya yang mengapung diatas riak gelombang dari laut nan dalam…
Aku bimbang                  
Diantara rasa yang menyeruak  hanya sedikit yang bermuara
Seperti dahan dahan dan ranting tertunduk lesu dalam tamaram, 
Begitulah hasratku kini terbelenggu 
Sementara senyum pujangga malam kian merogoh isi kantung

Minggu, 18 September 2011

Rumah Minang Jadi Bukti


Oleh : Etty Rismanita

Rumah Minang
Pagi itu, matahari berkabut tipis butiran hujan masih terlihat menggantung di rerumputan, setelah semalam mengguyur deras. Aku masih berlama-lama di tempat tidur, cuaca begini aku tidak akan pergi kemana-mana, fikirku. Tiba-tiba hanphone ku berbunyi, sms dari seorang teman “ Pakai baju PDL ya “. Aku kaget, lekas ku buka SimCard ku yang nonaktif dari semalam. Disana ada pemberitahuan “ Besok paling lambat pukul 8 : 30 WIB” bandul jam di hadapan ku kini ada di angka 8: 13 WIB.

Minggu, 11 September 2011

Muram Durja si Gadis Desa


Oleh : Etty Rismanita
                           
Aku bukan gadis hebat, cantik, kaya dan lain sebagainya. Aku hanya perempuan desa, tinggal di gubuk tua dipinggir rimba, bermain dengan ujung lidah gelombang tak berpagar. Dengan penuh keakuan ku, aku beruntung memilikimu mencintaimu adalah sebuah anugerah dalam hidupku.
Diawal cerita romantika ini di mulai telah terkata “ Aku bukan gadis kota”, “cintai aku dengan cara sederhana dan biasa”,  itu akan lebih berarti untuk ku.

Jumat, 09 September 2011

Sepotong Doa Untuk Tuloet


Oleh : Etty Joseberg

“Bagaimana ini Nak? Emak tidak ada uang.”.
“Tak apa Mak, jika memang tak ada,” suara itu lirih, terbenam dalam bendungan di matanya. “Sudah nasib tak perlu bersedih, lebih baik aku menggembala kerbau saja,” ia berdamai dengan hatinya, dan pergi menuju hamparan sawah yang baru saja panen.
Perempuan berusia senja itu terduduk lesu, matanya menatap nanar sembari mengikuti bayagan Tuloet anaknya pergi menggembala. Ada beban di dadanya. Setelah suaminya pergi melaut sampai kini belum balik. Ntah masih hidup, tapi Emak telah merelakan. Kini hari – hari Emak menghabiskan waktu menggarap sepetak sawah peninggalan suaminya untuk membesarkan Tuloet, putranya yang paling kecil.