Minggu, 18 September 2011

Rumah Minang Jadi Bukti


Oleh : Etty Rismanita

Rumah Minang
Pagi itu, matahari berkabut tipis butiran hujan masih terlihat menggantung di rerumputan, setelah semalam mengguyur deras. Aku masih berlama-lama di tempat tidur, cuaca begini aku tidak akan pergi kemana-mana, fikirku. Tiba-tiba hanphone ku berbunyi, sms dari seorang teman “ Pakai baju PDL ya “. Aku kaget, lekas ku buka SimCard ku yang nonaktif dari semalam. Disana ada pemberitahuan “ Besok paling lambat pukul 8 : 30 WIB” bandul jam di hadapan ku kini ada di angka 8: 13 WIB.
Setelah menempuh jarak kurang lebih 12 KM aku tiba di kampus, dengan baju PDL serta rensel hitam di punggung. Udara yang dingin terus merayap dikulitku sambil menuju sebuah kantin bersekat papan yang terletak didepan kampus. Ada beberapa orang disana dengan mulut komat - kamit, namun mataku tertuju kearah jejeran seragam kuning yang di kenakan oleh penghuni di sudut sebelah kanan kantin saat itu. Namun sebagian ada yang berbaju hitam, bertuliskan Ganto dan Lensa. Meja berhias bungkusan nasi serta beberapa botol minuman yang telah kosong, mereka adalah teman-teman dari Ganto setelah bersalaman akupun duduk dikursi paling ujung.
Hari ini, senin 12 september anggota Lembaga Pers Mahasiswa Unmuha dan Universitas Negeri Padang yakni Lensa dan Ganto akan mengunjungi beberapa media lokal yang ada di Aceh. Matahari mulai merangkak naik walau tidak begitu garang, suasana kantin bercampur aduk seperti biasanya. Pria berbaju hitam sibuk mondar-mandir dengan Handphone dalam genggaman, sesekali telphon genggamnya itu didekatkan ke ruang dengar dan mulutnya terus berbicara, kerut garis mukanya juga terlihat. Terus mondar-mandir begitu juga dengan bandul jam yang menari dikepingan plastic terpaku di dinding kantin, tak terasa kian jam telah terhabiskan di ruang persegi itu.
“ Sret,, sret “ suara cepretan kamera, beberapa anak Ganto  telah berpose di depan palang kampus Unmuha, pintu gerbang yang reyot itu juga tak luput dari background pose kami. Ganto dan Lensa saling mengisi waktu sebelum keberangkatan ke media dengan berfoto-foto dan saling share.
Akhirnya, setelah semua berkumpul anggota Lensa dan Ganto menuju bus yang telah sedia parkir di pinggir jalan, dengan sedikit berjalan kaki melewati jalan yang becek dan sempit sampai jua kami di bus.
Kunjungan pertama yakni ke Harian Aceh yang ada di Lambhuk kurang lebih tiga puluh menit disana. Lensa dan Ganto menuju ke Rakyat Aceh yang ada di Bathoh, tiba disana cuaca mulai menguras keringat. Setelah pertemuan singkat itu di akhiri dengan salam, bus yang mengangkut anggota Lensa dan Ganto melaju ke Mesjid Raya Baiturahman Banda Aceh.
Matahari kini sepenggala, cairan tubuh mulai tembusi pori-pori. Debu ringan beterbangan di jalan depan kampus yang sedang dalam perbaikan. Namun kubangan - kubangan kecil masih terlihat di pekarangan kampus juga di depan sekret Lensa. Pertemuan silaturrahmi Ganto dan Lensa berakhir dengan senyuman abadi dalam sebuah cepretan serta rumah papan Minang kecil pemberian Ganto menjadi sebuah cidera mata yang sangat berharga bagi Lensa. Dan akan selalu terkenang bukti dari kebersamaan yang terjalin singkat itu.


0 komentar:

Posting Komentar