Secangkir teh dan sepotong puisi hati, mengawali
pagi ku yang sedang ranum-ranumnya. Dua potong tahu goreng, semoga menjadi
energi untuk bansa cacing dalam perut.
"Selamat pagi, ingin ku titip kasih pada hati yang ingin ku yakini,
tapi hati terlanjur jauh pergi,,,
Selamat pagi, puisi pagi untuk rindu yang telah pergi,,, Meneguk
secangkir teh, bersama setetes embun yang hampir mengembang,, benar saja
kemudian ia mengembang... Clup...."
Disini aku bisa menikmati pagi, sepertipagi
dipegunungan. Mula mula cahaya terbit dari bilik pegunungan ranum. Embun-embun
mengembang, terkulum sirna.
Mungkin kauakan membayangkan aku sedangberada di
villa sebuah puncak. Tidak. Aku berdiri dilantai 2 dirumah yang tergolong sudah
kota dan menghadap kearah matahari terbit. Makanya, aku sebut
pegunungan disini bertingkat-tingkat dan berlapis-lapis.
Dan disaat hari mulai condong, aku menunggu
senja disini, walau tidak seperti senja dipinggir pantai, saat ujung
samudera mengulumnya dan meninggal bias. Sebenarnya, menikmati senja dipinggir
pantai bersamamu adalah satuhal yang ku mimpikan. Kelak. Suatu saat.
Tapi senja disini saya yakini lebih dari senja
apapun yang pernah tercipta, ya senja yang kau hadirkan sendiri, sebagai
hadiah kehadiran yang tidak sempat kau tepati. Sebab aku begitu penyuka senja.
Senja ini bisa ku tempatkan dimana saja, didepan
monitor, didepan camera, didepancermin, diatas kasur,dan dimana-mana. Tapi
aku lebih suka menatapnya dari sini.
Ahg, kau.. Hati ini masih saja gelisah saat
menyebut. Hati ini masih saja bergetar.
Kau boleh saja pergi sejauh apapun, mengejar
hati yang mungkin akan lebih tepat bagimu. Aku juga tidak menunggumu,apalagi
pergi. Aku disini sedang menguatkan hati,dan menanti senja yang nyata. Disini,
ada yang sedang ku perbaiki.
Datanglah, saat kau sudah yakin.
0 komentar:
Posting Komentar