Selasa, 15 September 2015

Tentang kita

Dalam sepenggal waktu yang sama, hujan ini membawaku pada kau yang katanya sedan meratapi kedinginan. Hujan ini, katamu, membuat lamunan semakin nikmat. Membuat rindukian membara, seperti api yang tersulut bensin. Kau menghirupkan asap dari sebatang rokok kemudian menghembusnya ke udara,hilang bersama hujan.
Ya, kemudian aku mencoba menciptakan dunia fikirku sendiri. Hujan ini terkadang menjadi apa saja, menundukan hati, menadahkan kepala. Ia menjadi apa saja yang kau inginkan. Tapi jujur saja,  aku tidak pernah meminta rindu ini bersarang, membuat ku sulit bernafas. Apakau pernah menghela rindu?
Terserah kau mengartikan aku dan kau itu apa, tapi bagiku kita tak lebih dari sepasang sayap patah.  Bedanya kau tidak terluka,hanya cacat fisik. kautidak punya kemampuan untuk mengepakan sayap. Sementara aku si petualang yang terluka. Itulah bedanya. 
Jika ada pertanyaan, mungkinkah kita terbang dan bahagia seperti mereka?  Mungkinkah kita menjadi warna dan melengkapi pelangi dilangit Tuhan? Cukup baikkah aku? Apa kau akan mampu menjadi perban sayapku yang patah dan terluka?  Mampukah aku menggandeng sayapmu untuk menusup angkasa, sebab perjalanan kita tidak mudah, kitakan bertemu belantara, samudera yang kejam dan topan.  Agh, hujan ini membuat fikiranku terbang kemana-mana.
Huhh, percakapan kita tempo hari menyadarkan aku banyak hal. Sudahlah, semua telah jatuh seperti air hujan ini dan mengering seiiring waktu.

0 komentar:

Posting Komentar