Rabu, 26 Agustus 2015

Perihal Prahara

Kadang aku mencoba untuk bangkit, mengajak hati untuk kembali tersenyum dan menerima setiap sunggingan senyum. Aku mencoba untuk membuka diri, melepas kalut yang menerpa hati dari sejak dulu. Terkadang aku dengan baiknya, mengatakan aku mencintai merindui dan ingin memiliki dengan sepenuhnya. Membawanya bersama kemana aku pergi, menjadikannya ada dalam setiap sudut hati. Menjadikannya tempat kembali saat hati tak mampu membendungi rasa. Menjadikanya tempat bercurah resah dan tentang kehidupan. Menjadikannya tempat bersandar kala lelah.
Namun terkadang, sesuatu seperti setan datang kembali mengusik, mimpi-mimpi yang sedang ku bangun, tiang tiangnya goyah, oleng, aku kembali goyah, kembali terjatuh.Setidaknya inilah. Adakah ? atau ku meminta bisakah kau fahami aku sebagai perempuan yang sedang menata hati untuk siap meraih mimpi, betul-betul mimpi yang menjadi nyata? 
Sejenak, di muka jendela lantai dua aku mematung, memutar kembali ke memori silam. Disaat hati sedang bahagianya. Ah sudahlah, barangkali kamu tidak terlahir untuk mengerti perempuan yang egois seperti aku. Atau aku yang tidak cukup ruang untuk mengerti tentang keadaan. Sudahlah, barangkali akulah perempuan yang sedang dalam kesesatan, maaf bukan tentang keyakinan. 
Sejenak, di muka jendela lantai dua aku mematung, memutar kembali ke memori silam. Disaat hati sedang bahagianya. Ah sudahlah, barangkali kamu tidak terlahir untuk mengerti perempuan yang egois seperti aku. Atau aku yang tidak cukup ruang untuk mengerti tentang keadaan. Sudahlah, barangkali akulah perempuan yang sedang dalam kesesatan, maaf bukan tentang keyakinan.

0 komentar:

Posting Komentar