Spesial |
Pergilah. Temui yang terkasih itu.
Penuhi kewajibanmu. Kelak bila masanya tiba, maka kembalilah seperti sediakala
padaku. Aku menunggumu, sekalipun hari sudah senja. Dan selama itu pula, biar
aku merawat sepi ini seperti biasa. Seperti saat-saat kau tinggalkan aku untuk
merantau. Akan ku simpan rindu ini dalam bingkisan-bingkisan cinta, kelak kita
kan membukanya. Untuk keduakalinya.
Sebatas pengertianku, telah ku
lepaskanmu, merelakanmu untuk dia. Ia perempuan sama sepertiku, aku tau betul
apa yang dia rasakan ketika anak-anaknya tak tumbuh bersama Ayahnya. Aku sudah
cukup. Sekarang gilirannya. Kenyataan ini pahit. Pahit sekali. Aku harus
membagi suami, membagi jiwaku sendiri untuk perempuan lain. Tapi aku harus
melakukannya, harus.