Minggu, 07 Juni 2015

Yang tidak ku tahu rupanya

Yang ku dengar hanya suara yang meraba dalam hening, menghapus duka yang terlahir dari genangan luka. Sekonyong-konyongnya, air mata mengalir dan kau orang asing bak muara. Diam dan menerima tempahan duka yang seolah tak mau habis.

Setelah semuanya terlepas, aku baru sadar. Dan kita mengawali perkenalannya dari nol. Ku tahu tentangmu setidaknya dua hal, negeri asalmu dan nama. Itu saja. Dulu aku sempat menyesal kenapa tidak ku tanyakan semua tentangmu. Aku bodoh, cela ku sambil menokok kepala sendiri.
Malam itu cukup.

Di malam dan hari yang lainnya, kau datang lagi mengetuk hati.

Malam selanjutnya, sebut saja aku kecanduan suaramu. Menunggu, menunggu dan menunggu. Bbm, telpon genggam tak mengabarkan tentang tutur santun dan lembutmu. Begitu seterusnya, dan aku memutuskan untuk melupakanmu. Ya hanya orang asing.

Di malam dan hariku, tidak ada lagi dia.

Dua bulan setelah itu, tanpa sengaja aku mendengar namanya dari seorang teman. Kenapa harus ku dengar lagi? Aku tidak mau melanjutkan pertemanan. Kenapa, kenapa?. Aku seperti dua sisi, menolak dan meminta. Aku ingin menolak, dan hati meminta. Kau tahu kan, hati susah menolak yang kita putuskan tanpa alasan.

Kau tahu, aku tak memiliki cukup imformasi  tentangnya. Tuhan beri aku petunjuk. Sehabis shalat, sebelum tidur, saat ternjaga ditengah malam, aku meminta yang sama.

Dan pada akhirnya, tuhan mengabulkan permintaanku atau hanya kebetulan, tapi didunia tidak ada yang kebetulan semua terjadi karena sebuah tujuan. Ku sebut saja ini sebuah pertemuan, walau sejatinya bukan pertemuan bertatap muka. Pertemuan pertama suara dan pertemuan kedua lewat tulisan.
… , yang tidak ku tahu rupanya, terimakasih. Aku bergumam, hanya nama yang sama. :)


Aceh, 08 Juni 2015





0 komentar:

Posting Komentar