Yang ku dengar
hanya suara yang meraba dalam hening, menghapus duka yang terlahir dari
genangan luka. Sekonyong-konyongnya, air mata mengalir dan kau orang asing bak
muara. Diam dan menerima tempahan duka yang seolah tak mau habis.
Setelah semuanya
terlepas, aku baru sadar. Dan kita mengawali perkenalannya dari nol. Ku tahu
tentangmu setidaknya dua hal, negeri asalmu dan nama. Itu saja. Dulu aku sempat
menyesal kenapa tidak ku tanyakan semua tentangmu. Aku bodoh, cela ku sambil
menokok kepala sendiri.
Malam itu cukup.
Di malam dan
hari yang lainnya, kau datang lagi mengetuk hati.
Malam selanjutnya,
sebut saja aku kecanduan suaramu. Menunggu, menunggu dan menunggu. Bbm, telpon
genggam tak mengabarkan tentang tutur santun dan lembutmu. Begitu seterusnya,
dan aku memutuskan untuk melupakanmu. Ya hanya orang asing.
Di malam dan
hariku, tidak ada lagi dia.
Dua bulan
setelah itu, tanpa sengaja aku mendengar namanya dari seorang teman. Kenapa harus
ku dengar lagi? Aku tidak mau melanjutkan pertemanan. Kenapa, kenapa?. Aku seperti
dua sisi, menolak dan meminta. Aku ingin menolak, dan hati meminta. Kau tahu
kan, hati susah menolak yang kita putuskan tanpa alasan.
Kau tahu, aku
tak memiliki cukup imformasi tentangnya.
Tuhan beri aku petunjuk. Sehabis shalat, sebelum tidur, saat ternjaga ditengah
malam, aku meminta yang sama.
Dan pada
akhirnya, tuhan mengabulkan permintaanku atau hanya kebetulan, tapi didunia
tidak ada yang kebetulan semua terjadi karena sebuah tujuan. Ku sebut saja ini
sebuah pertemuan, walau sejatinya bukan pertemuan bertatap muka. Pertemuan
pertama suara dan pertemuan kedua lewat tulisan.
… , yang tidak ku tahu rupanya, terimakasih. Aku bergumam, hanya nama yang sama. :)
Aceh, 08 Juni 2015
0 komentar:
Posting Komentar