Kamis, 26 Januari 2012

Tawuran Dikalangan Remaja


Poto. Net
Baru-baru ini Aceh dikejutkan oleh tawuran antar pelajar. Ratusan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 dan SMAN 8 Banda Aceh terlibat tawuran, (Selasa,4/10 BANDA ACEH—MICOM). Tawuran yang dipicu oleh sebuah tulisan di dinding kelas yang bernada ejekan. Sehingga pelajar yang merasa sekolahnya terejek melempar batu kearah pelajar yang mengejek. Terjadilah saling lempar batu yang berakibat pada tawuran.
Sepele memang, hanya berawal dari sebuah tulisan hingga berakibat tawuran lalu lahirnya korban-korban. Namun masih beruntung tawuran yang terjadi kamarin tidak sampai menelan korban jiwa selain dari bangunan sekolah seperti kaca jendelanya pecah, pagar roboh dan sepeda motor yang hancur. Kerugian hanya di segi material saja. Lalu coba kita lihat tawuran yang terjadi di luar Aceh, berapa orang yang mengalami luka-luka serta kerugian materialnya. Tidak hanya dari pihak yang terlibat lansung tapi juga dampaknya terhadap masyarakat atau pengguna jalan.
Tawuran adalah salah satu bentuk kerusuhan yang sering sekali terjadi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social, bersengketa antar sesama merupakan hal yang tak mungkin terelakkan sepanjang hidup. Baik bermula dari hal-hal yang besar maupun dari hal  yang paling kecil. Itulah manusia, mudah tersinggung dan tak mampu mengelola ego yang menggebu didalam jiwanya. Tawuran tidak hanya terjadi antar pelajar namun hampir terjadi dalam setiap antar hubungan dalam kehidupan, antar desa, agama dan suku.
Banyak factor yang menyebabkan tawuran salah satu lemahnya moral serta kurangnya pengawasan serta didikan dari berbagai pihak yang berpengaruh. Bagaimana tidak, pelajar misalnya, baik menengah pertama atau menengah atas. Mereka itu adalah orang-orang yang beranjak dewasa, rasa penasaran dan keingintahuannya terhadap sesuatu hal berada di atas segala-galanya.  Atau lebih dikenal dengan puberitas terlebih menengah pertama. Masa-masa yang perlu pengawasan ketat, bimbingan dan pembinaan yang lebih. Disini peran orangtua, keluarga, sekolah selaku lembaga pendidikan sangat di perlukan. Pihak-pihak yang di terlibat harus mampu mendidik moral dan akhlak para pelajar tersebut agar tidak berkelakuan premanisme dan kekerasan.
  Salah satu factor internal pelajar di sekolah misalnya, sering bolos, sering  masuk kelas terlambat, kelas sering kosong, dan kurangnya kegiatan ekstrakurikuler. Seperti yang disampaikan oleh Pjs Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Siswa Kader Dakwah (Iskada) kota Banda Aceh, Yudhi Rihayat pada Wartawan, terkait fenomena maraknya kejadian aksi saling serang dan tawuran antar siswa sekolah di Banda Aceh (The Global Jurnal Kamis, 6/10). Kemudian emosi yang belum stabil; terhadap senggolan, terhadap dendam lama yang berkelanjutan.  Dari segi psikologis pelajar  juga dapat menjadi satu pemicu; seperti rasa solidaritas yang masih simpang siur, karena ingin menunjukan kehebatan, menjaga gengsi agar tidak disebut banci. Kemudian pelajar-pelajar yang memiliki tingkat social ekonomi  tinggi maupun rendah tapi tidak terkontrol dengan baik, yang tingkat ekonominya rendah misalnya tidak memiliki uang jajan.   
Lalu bagaimana dengan penyelesaiannya? Jangan kawatir masih banyak yang mesti harus kita lakukan terhadap “darah muda” kita. Salah satunya peran orangtua dan keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan nyaman, mengontrol prilakunya, memberikan contoh yang baik, tidak mengekang tapi tidak juga terlalu bebas terhadap lingkungan serta menerapkan kedisplinan. Kapan pergi dan pulang sekolah, mengatur uang jajan dan hal positif lainnya. Dan terlebih penting adalah pengetahuan dari segi agama, bahwa hal-hal yang kita lakukan memiliki dampak baik dan buruknya, tidak hanya terhadap diri sendiri juga terhadap orang lain.
Yang kedua; kepedulian sekolah terhadap pelajar-pelajar. Selalu berusaha memberi yang terbaik, tanpa dengan penekanan-penekanan terhadap mereka. Dan ini juga tidak terlepas dari kesadaran remaja itu sendiri, patuh terhadap hokum dan peraturan-peraturan. Seperti pepatah maja “ ingat-ingat goep peuingat lebeuh keuramat taingat kedroe”.  Semoga pelajar Aceh menjadi generasi yang dapat dibanggakan.

0 komentar:

Posting Komentar