Poto. Net |
Baru-baru ini Aceh dikejutkan oleh
tawuran antar pelajar. Ratusan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4
dan SMAN 8 Banda Aceh terlibat tawuran, (Selasa,4/10 BANDA ACEH—MICOM). Tawuran
yang dipicu oleh sebuah tulisan di dinding kelas yang bernada ejekan. Sehingga
pelajar yang merasa sekolahnya terejek melempar batu kearah pelajar yang
mengejek. Terjadilah saling lempar batu yang berakibat pada tawuran.
Sepele memang, hanya berawal dari
sebuah tulisan hingga berakibat tawuran lalu lahirnya korban-korban. Namun
masih beruntung tawuran yang terjadi kamarin tidak sampai menelan korban jiwa
selain dari bangunan sekolah seperti kaca jendelanya pecah, pagar roboh dan
sepeda motor yang hancur. Kerugian hanya di segi material saja. Lalu coba kita
lihat tawuran yang terjadi di luar Aceh, berapa orang yang mengalami luka-luka
serta kerugian materialnya. Tidak hanya dari pihak yang terlibat lansung tapi
juga dampaknya terhadap masyarakat atau pengguna jalan.
Tawuran adalah salah satu bentuk kerusuhan yang sering
sekali terjadi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social, bersengketa
antar sesama merupakan hal yang tak mungkin terelakkan sepanjang hidup. Baik
bermula dari hal-hal yang besar maupun dari hal yang paling kecil. Itulah manusia, mudah tersinggung
dan tak mampu mengelola ego yang menggebu didalam jiwanya. Tawuran tidak hanya terjadi
antar pelajar namun hampir terjadi dalam setiap antar hubungan dalam kehidupan, antar desa, agama dan suku.
Banyak
factor yang menyebabkan tawuran salah satu lemahnya moral serta kurangnya
pengawasan serta didikan dari berbagai pihak yang berpengaruh. Bagaimana tidak,
pelajar
misalnya, baik menengah
pertama atau menengah atas. Mereka itu adalah orang-orang
yang beranjak dewasa, rasa penasaran dan keingintahuannya terhadap sesuatu hal
berada di atas segala-galanya. Atau
lebih dikenal dengan puberitas
terlebih menengah pertama. Masa-masa yang perlu pengawasan
ketat, bimbingan dan pembinaan yang lebih. Disini peran orangtua, keluarga,
sekolah selaku lembaga pendidikan sangat di perlukan. Pihak-pihak yang di
terlibat harus mampu mendidik moral dan akhlak para pelajar tersebut agar tidak
berkelakuan premanisme dan kekerasan.
Salah satu factor internal pelajar di sekolah misalnya, sering bolos, sering masuk kelas terlambat, kelas sering kosong,
dan kurangnya kegiatan ekstrakurikuler. Seperti yang
disampaikan oleh Pjs Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Siswa Kader
Dakwah (Iskada) kota Banda Aceh, Yudhi Rihayat pada Wartawan, terkait fenomena
maraknya kejadian aksi saling serang dan tawuran antar siswa sekolah di Banda
Aceh (The Global Jurnal Kamis, 6/10). Kemudian emosi yang belum stabil; terhadap senggolan, terhadap dendam lama
yang berkelanjutan. Dari segi psikologis pelajar juga dapat menjadi
satu pemicu; seperti rasa solidaritas yang masih simpang siur, karena
ingin menunjukan kehebatan, menjaga gengsi agar tidak disebut banci. Kemudian pelajar-pelajar yang memiliki tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah tapi tidak terkontrol
dengan baik, yang tingkat ekonominya rendah misalnya tidak memiliki uang jajan.
Lalu bagaimana dengan penyelesaiannya? Jangan kawatir
masih banyak yang mesti harus kita lakukan terhadap
“darah muda” kita. Salah satunya
peran orangtua dan keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan
nyaman, mengontrol prilakunya, memberikan contoh yang baik, tidak mengekang
tapi tidak juga terlalu bebas terhadap lingkungan serta menerapkan kedisplinan. Kapan pergi dan pulang sekolah, mengatur uang jajan dan hal positif
lainnya. Dan terlebih
penting adalah pengetahuan dari segi agama, bahwa hal-hal yang kita lakukan
memiliki dampak baik dan buruknya, tidak hanya terhadap diri sendiri juga
terhadap orang lain.
Yang kedua; kepedulian sekolah terhadap pelajar-pelajar.
Selalu berusaha memberi yang terbaik, tanpa dengan penekanan-penekanan terhadap
mereka. Dan ini juga tidak terlepas dari kesadaran remaja itu sendiri, patuh
terhadap hokum dan peraturan-peraturan. Seperti pepatah maja “ ingat-ingat goep
peuingat lebeuh keuramat taingat kedroe”.
Semoga pelajar Aceh menjadi generasi yang dapat dibanggakan.
0 komentar:
Posting Komentar