Rabu, 12 Juni 2013

Hujan Lagi

net
Hari ini hujan kembali mengguyur kota, negeri ini sejenak dalam beberapa terakhir seperti berada dalam kegelapan. Mentari menghilang entah kemana, mungkin sedang bersembunyi di balik gunung sana. Entahlah.

Bila malamnya sangat gelap, dingin dan suara-suara katak "mengaji" menggema. Mereka itu kompak sekali mengirim doa akan datangnya hujan.

Beginilah negeriku sekarang, langit menangis disetiap waktu, jalanan basah kuyup, genangan air dimana-mana. Daunan pohon terkantuk-kantuk disepanjang jalan kota ini. Apa jantung negeriku sedang terluka? Entahlah. Aku hanya berharap seseorang datang dan menghentikan hujan ini untuk beberapa saat saja.



Aku terjebak disebuah teras toko di pinggir jalan, hujan menderas, bahkan aku tak bisa melihat jalan. Semua terlihat abu-abu dan samar. Sebagian lainnya yang terjebak sama denganku, terlihat kusut bagai kain yang terlepas dari benang. Ketika hujan turun seperti kehilangan harapan, entah karena telat masuk kerja, kuliah atau telat menjemput pacar. Entahlah, apapun yang mereka fikirkan, yang jelas hari ini aku rugi besar.

Aku meninggalkan Kajhu, kota kecilku yang telah kusinggahi 3 tahun lalu. Sebelumnya kota ku juga dicumbu hujan dan badai, namun untuk beberapa saat mereda, dan aku memutuskan untuk berpetualang kekota sebelah. Aku hendak menjumpai seorang dosen pembimbingku, untuk mengurusi proposal stres ini. Dalam perjalanan 25 menit beberapa titik hujan juga sempat menimpaku, tapi keadaan itu tak membuat aku basah hingga mengantarkan aku tepat dikampus. Disana hujan sudah dulu membuat kolam-kolam kecil, cocoknya untuk kolam bebek dan sejenisnya. Dan disamping kolam mobil setengah mewah berdiri disana, iya juga basah kuyup.


Setelah memarkirkan Alex (sepeda motor) di area parkir, aku lansung menuju ke gedung akademik. Wah sepi, hanya satu dua mahasiswa yang terlihat duduk di terasnya, begitu juga staf. Hujan membuat kampus sepi barangkali. Dengan menenteng tas hitam penuh semangat, aku bertanya pada salah satu staf perihal keberadaan dosen ku, namun katanya dosen ku itu sakit. Walaaaah, wajahku lansung berubah kesal, sia-sia. Aku melawan hujan, melawan angin untuk sampai kemari, tapi tak ada hasilnya.


Kampus benar-benar sepi, setiap dindingnya bagaikan es. Dingin. Tak ada hal yang membuat aku harus berlama-lama disini, siapa yang bisa tahan dingin diruang terbuka seperti ini? Mending dirumah, ada bantal, selimut dan kasur yang butuh sentuhan. Aku kembali menunggangi Alexku, ayo Alex sambil ku pencet tombol startnya. Alexku pun berjalan dalam kedinginan.


Seperempat jalan dari kampus, airmata langit tumpah lagi, kali ini tiba-tiba dan jumlah banyak. Banyak sekali. Aku basah, basah kuyup. Sebenarnya, dalam tubuh Alex telah ku siap baju hujan, namun hujan tumpah banyak saat lampu merah sedang menyala. Walaah, akhirnya aku terpaksa membiarkan air hujan dalam jumlah banyak ini mencumbu tubuhku. Sial, kalau bukan karena sedang macet-macetan di lampu merah jalan, tentu aku tak sebasah ini.

0 komentar:

Posting Komentar