Selasa, 26 Februari 2013

Malam (Hati yang Terluka)


net
Senyap. Bahkan dari sekedar jangkrik kecil yang berteriak disudut keheningan malam. Seperti  malam-malam sebelumnya, mereka berteriak, bernyanyi ria hingga tengah malam. Atau mungkin mereka telah kehilangan pita suaranya? entahlah. Malam ini betul-betul senyap, tanpa ritme lagu dan puisi-puisi cinta untuk penjaga hati yang entah dimana. Apa mungkin pita imajinasi ku juga hilang?


Malam ini aku seakan terkulum dalam lubang raksasa, dindingnya curam, aku tak bisa mendaki. Kedua kaki terjepit, tubuhku terhimpit. Aku sesak. Begitu cepat duka ini menyebar dalam sendi-sendiku, aku telah lumpuh dalam jiwaku sendiri. Aku menunggu lagi untuk waktu yang lama. Oya Tuhan, siapa yang gila?

Senyap. Hanya tetes darah yang mengalir dalam nadi dan muncul tenggelamnya permukaan dada, sesekali udara masuk sesekali ia keluar. Aku sesak. Seperti mereka yang sekarat di rumah sakit, nafasnya tinggal satu-satu dan petugas masih menyuruhnya untuk menunggu.

Malam yang hening. Sesaat setelah dihempas hujan dan gemuruh. Meninggalkan dedaunan yang merunduk muram, kedinginan. Antara daun yang satu dan yang lainnya, saling dekat, mereka berhimpit, mendekap hangat. Seperti sepasang kekasih yang melepas kerinduan panjangnya.

Malam tanpa dentingan menderek jarum jam melewati angka per angka, hingga malam kelihatan bertambah pekat. Pada siapa ku ceritakan tentang hati yang terluka ini ? sedangkan malam begitu senyap, tak ada angin yang menderu. Tak ada bintang di langit sana. Tak ada celah tempat aku berkisah, mereka punya lukanya sendiri.

Bodoh. Aku fikir, aku telah bahagia karena tadi siang aku pulang kerumah, disana aku bertemu dengan saudara-saudara sedarahku maupun bukan. Namun tak semuanya, mungkin mereka masih terluka dan bergelantungan dijalanan. Barangkali.

Bukan rindu yang memanggilku pulang kerumah, tidak ada kenyamanan disini, dirumah yang besar namun dihiasi dengan kebohongan. Lebih baik aku dijalan, bertemu pengemis-pengemis yang baik hati. Aku tidak merindui mereka yang telah membuat aku terluka. Dan sebagai hati yang telah terluka, aku memutuskan hubungan dengan orang rumah. Namun aku tak benci. Sedikitpun tak. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam merawat lukanya, dan ini caraku. Orang rumah harus menerimanya.

Net

Jika aku tak melupakan luka itu, maka aku akan membawanya pergi jauh. Bersembunyi. Untuk waktu yang lama. Bukankah aku sudah pernah melakukannya. Untuk keduakalinya tentu taklah susah. Dan aku masih belum punya tempat untuk menceritakan lukaku.








Kajhu, 26 Februari 2013

0 komentar:

Posting Komentar