Ilustrasi |
Tiga tahun aku hidup setelah kematian
mu itu. Aku beranjak pelan meninggalkan semua kisah yang pernah kau lukiskan,
menepikan sedikit demi sedikit puing-puing kasih itu ketepian. Aku hampir mati
dalam kematian itu, menyisihkan jiwa dengan raga tidakkah hampir sama dengan
mati?. Tapi aku harus melakukannya, sebab hidup harus berjalan bukan? Sekalipun
aku telah tanpa mu. Lima tahun setelah kematianmu, aku layaknya seorang bayi
yang memulai kehidupannya dari nol. Belajar merangkak, terjatuh dan bangun.
Tahukah engkau, belum sempurna aku
berdiri. Hingga detik ini, setelah tiga tahun aku hidup dari kematianmu, masih
ada saja yang membawamu kembali dalam ingatanku. Lima tahun yang lalu telah ku
pastikan, telah menguburmu dalam. Dalam sekali. Dalam ingatan. Dalam hati. Di
tempat yang paling dalam. Tapi ada saja yang membuatnya mencuak ke permukaan. Terkadang.
Hingga hati ini bergetar kembali, meronta lagi,
kenangan terkenang lagi.
Tangis, apa lagi yang harus ku
tangisi. Engkau telah pergi bertahun yang lalu. Hidup ini terus ku perbaiki,
namun aku tak bisa memperbaiki kisah ini. Aku bukan ingin melupakannya ataupun
hidup didalamnya. Tapi aku ingin satu kepastian, pasti kalau aku benar-benar
telah kehilanganmu.
Aku mencintaimu dengan cara yang tak
biasa. Mula-mula cinta ini memang terlahir dari sebuah penghianatan.
Penghianatan atas persahabat yang telah terjalin. Tapi kau mengulanginya lagi,
kau mengingkari janji. Janji yang tak tau harus ku tuntut kemana lagi. Inikah
yang harus ku kenang darimu, dari kisah kita?.
Sayang, aku tak tau dimana pusaramu.
Tempat tidurmu. Aku tak tau kenapa kau mati? Mereka melarangku, mereka menutup
rapat telingaku tentang apa yang terjadi padamu. Katanya kau hanya menyusul
ibumu keluar kota. Ya, kau memang keluar kota. Kota yang jauh. Sangat jauh. Sedangkan
aku menunggumu dengan penuh cinta.
Kau telah menyita semua hidupku,
dihidup dan matimu. Aku masih saja mengharapkan mu. Aku masih saja
ingin kau terlahir kembali, aku masih berharap kau ada lagi. Aku ingin jatuh
cinta lagi dengan mu.
Tiga tahun aku hidup setelah
kematianmu. Aku seperti seorang tahanan yang terjatuh ke jurang, lalu berusaha bangkit
dengan mendaki tebing yang curam, mencapai puncak. Aku harap aku bisa mencapai
puncak dengan kemenanganku. Menuju bebas.
Ah apa yang bisa ku ceritakan lagi,
semua telah mati. Semua telah terkubur di entah dipusara mana. Apa harus ku
ceritakan tentang kehancuranku, kematian tubuhku?. Jauh ke belakang bukan
hidupku lagi, sedangkan yang didepan bagaimana aku bisa hidup dengan cara
begini. Hidup pasti berjalan, namun tak semudah membalikkan telapak tangan.
24.00 Wib, Senin 11 Februari 2013
24.00 Wib, Senin 11 Februari 2013
0 komentar:
Posting Komentar