Minggu, 10 Februari 2013

Tiga Tahun Setelah Kematian Mu



Ilustrasi
Tiga tahun aku hidup setelah kematian mu itu. Aku beranjak pelan meninggalkan semua kisah yang pernah kau lukiskan, menepikan sedikit demi sedikit puing-puing kasih itu ketepian. Aku hampir mati dalam kematian itu, menyisihkan jiwa dengan raga tidakkah hampir sama dengan mati?. Tapi aku harus melakukannya, sebab hidup harus berjalan bukan? Sekalipun aku telah tanpa mu. Lima tahun setelah kematianmu, aku layaknya seorang bayi yang memulai kehidupannya dari nol. Belajar merangkak, terjatuh dan bangun.

Tahukah engkau, belum sempurna aku berdiri. Hingga detik ini, setelah tiga tahun aku hidup dari kematianmu, masih ada saja yang membawamu kembali dalam ingatanku. Lima tahun yang lalu telah ku pastikan, telah menguburmu dalam. Dalam sekali. Dalam ingatan. Dalam hati. Di tempat yang paling dalam. Tapi ada saja  yang membuatnya mencuak ke permukaan. Terkadang. Hingga hati ini bergetar kembali, meronta lagi,  kenangan terkenang lagi. 


Tangis, apa lagi yang harus ku tangisi. Engkau telah pergi bertahun yang lalu. Hidup ini terus ku perbaiki, namun aku tak bisa memperbaiki kisah ini. Aku bukan ingin melupakannya ataupun hidup didalamnya. Tapi aku ingin satu kepastian, pasti kalau aku benar-benar telah kehilanganmu. 

Aku mencintaimu dengan cara yang tak biasa. Mula-mula cinta ini memang terlahir dari sebuah penghianatan. Penghianatan atas persahabat yang telah terjalin. Tapi kau mengulanginya lagi, kau mengingkari janji. Janji yang tak tau harus ku tuntut kemana lagi. Inikah yang harus ku kenang darimu, dari kisah kita?. 

Sayang, aku tak tau dimana pusaramu. Tempat tidurmu. Aku tak tau kenapa kau mati? Mereka melarangku, mereka menutup rapat telingaku tentang apa yang terjadi padamu. Katanya kau hanya menyusul ibumu keluar kota. Ya, kau memang keluar kota. Kota yang jauh. Sangat jauh. Sedangkan aku menunggumu dengan penuh cinta. 

Kau telah menyita semua hidupku, dihidup dan matimu.   Aku masih saja mengharapkan mu. Aku masih saja ingin kau terlahir kembali, aku masih berharap kau ada lagi. Aku ingin jatuh cinta lagi dengan mu. 
Tiga tahun aku hidup setelah kematianmu. Aku seperti seorang tahanan yang terjatuh ke jurang, lalu berusaha bangkit dengan mendaki tebing yang curam, mencapai puncak. Aku harap aku bisa mencapai puncak dengan kemenanganku. Menuju bebas.

Ah apa yang bisa ku ceritakan lagi, semua telah mati. Semua telah terkubur di entah dipusara mana. Apa harus ku ceritakan tentang kehancuranku, kematian tubuhku?. Jauh ke belakang bukan hidupku lagi, sedangkan yang didepan bagaimana aku bisa hidup dengan cara begini. Hidup pasti berjalan, namun tak semudah membalikkan telapak tangan.



24.00 Wib, Senin 11 Februari 2013

0 komentar:

Posting Komentar