Sabtu, 20 Juli 2013

Jiwa yang Lain

Ketika keindahan itu mulai merasuki alam hati, memberi warna seperti pelangi di pagi hari. Menggenggam tangan mengajak terbang untuk mewujudkan mimpi, ke atas awan bermain dengan butiran-butiran hujan, jauh sangat jauh merasuki diri dan bahkan aku menemukan diriku dalam bentuk diri yang lain, senyuman yang lebar, dada yang lapang. Barangkali, aku memiliki dua wajah. Oh tak mungkin.

Sejak hari itu, aku, jiwaku, impianku seperti termiliki oleh jiwa yang lain. Jiwa yang sulit untuk ku jelaskan bentuknya, rupanya dan caranya menggenggam mimpiku. Entahlah, saat itu hati seperti deburan ombak yang menubruk karang sedangkan jiwaku melayang-layang ditengah lautan. Kemanapun ku lemparkan pandang, hanya ada mimpi, mimpi dan mimpi baru yang kelak akan terwujud.


Ketika keindahan itu kian bersinar, bersinar dan bersinar ke seluruh pelosok   negeri hati, mulai langit, dinding, dan bumi. Saat malam seperti ada yang mengantarkan lelap ini ke dalam lelap yang nikmat,dan saat pagi seperti ada yang mengajak bangun walau terkadang masih terkantuk-kantuk. 

Entahlah, pada Pemilik Hati jualah kini hamba berserah atas tasbih rasa yang tak jelas tajuknya. Jika dia jiwa sejati, adalah mampu membaca yang tak tertulis, mampu mendengar yang tak terkalam, mampu melihat yang tak terwujud.






0 komentar:

Posting Komentar