Kadang aku mencoba untuk bangkit, mengajak hati untuk kembali tersenyum, menerima setiap sunggingan senyum. Aku mencoba untuk membuka diri, melepas kalut yang menetpa hati dari sejak dulu. Terkadang aku dengan baiknya, mengatakan aku mencintai merindui dan ingin memiliki dengan sepenuhnya. Membawanya bersama kemana aku pergi, menjadikannya ada dalam setiap sudut hati. Menajdikannya tempat kembali saat hati tak mampu membendungi rasa. Menjadikanya tempat bercurah resah dan tentang kehidupan. Menjadikannya tempat bersandar kala lelah.
Namun terkadang, sesuatu seperti setan datang kembali mengusik, mimpi mimpi yang sedang ku bangun, tiang tiangnya goyah, oleng, menggorogoti tiang tiang, mimpiku goyah.
Setidaknya inilah, adakah ? Atau ku meminta bisakah kau fahami aku sebagai perempuan yang sedang menata hat
Setidaknya inilah, adakah ? Atau ku meminta bisakah kau fahami aku sebagai perempuan yang sedang menata hati untuk siap meraih mimpi, betul betul mimpi yang menjadi nyata?
Ah sudahlah, barangkali kamu tidak terlahir untuk mengerti perempuan yang egois seperti aku. Atau aku yang tidak cukup ruang untuk mengerti tentang keadaan. Sudahlah, barangkali akulah perempuan yang sedang dalam kesasatan, maaf bukan tentang keyakinan.
Aku ingin seperti mereka dengan mudahnya mencintai tanpa perlu egois dan gengsi.
Sejenak, di muka jendela lantai dua aku mematung, memutar kembali ke memori silam. Disaat hati sedang bahagianya
Sabtu, 19 Desember 2015
Senin, 05 Oktober 2015
Bulan
Hati itu seperti bulan. Satu. Kalau jatuh, ya jatuh. Kalau hancur ya hancur. Sebab ia tak
ganda, tak terganti. Sayangnya, aku
menyadari ini di penghujung malam. Bulan,
mampukah kamu bersinar lagi? Ketika
aku menemukan mu seperti cermin retak
agh, bulan ...
Kamis, 17 September 2015
Hujan dan Liar
Hujan telah turun lagi
sayang...
Tiba-tiba hati bergetar
Tiba-tiba teh ini hambar
Dan tiba-tiba...
Ahg,,, aku
tidak suka kau sebut pengumbar
Kau tahu,
karena mu aku jadi pendiam,karena mu aku jadi penyabar
Karena mu, rahim imajinasiku terpaksa mengandung rindu-rindu yang liar...
dan akhirnya meretas puisi-puisi yang liar...
dan akhirnya meretas puisi-puisi yang liar...
Rabu, 16 September 2015
Di Muka Jendela
Secangkir teh dan sepotong puisi hati, mengawali
pagi ku yang sedang ranum-ranumnya. Dua potong tahu goreng, semoga menjadi
energi untuk bansa cacing dalam perut.
"Selamat pagi, ingin ku titip kasih pada hati yang ingin ku yakini,
tapi hati terlanjur jauh pergi,,,
Selamat pagi, puisi pagi untuk rindu yang telah pergi,,, Meneguk
secangkir teh, bersama setetes embun yang hampir mengembang,, benar saja
kemudian ia mengembang... Clup...."
Disini aku bisa menikmati pagi, sepertipagi
dipegunungan. Mula mula cahaya terbit dari bilik pegunungan ranum. Embun-embun
mengembang, terkulum sirna.
Selasa, 15 September 2015
Tentang kita
Dalam sepenggal waktu yang sama, hujan ini membawaku pada kau yang katanya sedan meratapi kedinginan. Hujan ini, katamu, membuat lamunan semakin nikmat. Membuat rindukian membara, seperti api yang tersulut bensin. Kau menghirupkan asap dari sebatang rokok kemudian menghembusnya ke udara,hilang bersama hujan.
Ya, kemudian aku mencoba menciptakan dunia fikirku sendiri. Hujan ini terkadang menjadi apa saja, menundukan hati, menadahkan kepala. Ia menjadi apa saja yang kau inginkan. Tapi jujur saja, aku tidak pernah meminta rindu ini bersarang, membuat ku sulit bernafas. Apakau pernah menghela rindu?
Rabu, 26 Agustus 2015
Perihal Prahara
Kadang aku mencoba untuk bangkit, mengajak hati untuk kembali tersenyum dan menerima setiap sunggingan senyum. Aku mencoba untuk membuka diri, melepas kalut yang menerpa hati dari sejak dulu. Terkadang aku dengan baiknya, mengatakan aku mencintai merindui dan ingin memiliki dengan sepenuhnya. Membawanya bersama kemana aku pergi, menjadikannya ada dalam setiap sudut hati. Menjadikannya tempat kembali saat hati tak mampu membendungi rasa. Menjadikanya tempat bercurah resah dan tentang kehidupan. Menjadikannya tempat bersandar kala lelah.
Kamis, 20 Agustus 2015
Oleh Sebab Hati
Lhoknga |
Kedua kaki yang berpijak dipasir putih lembab baru ditinggalkan pasang, bagaimana mungkin aku tidak percaya, ku rasakan lidah-lidah pasang menciumi mata kaki, bagaimana mungkin aku salah mendengar, deburan ombak yang menggila, aku tidak mungkin lupa.
Deburan yang pernah menenggelam perahu cadik hati hingga tercabik. Sudahlah, kedatanganku kali ini bukan untuk itu. Bukan untuk mengorek-ngorek pilu yang tertimbun pasir. Mereka sudah terkubur dalam, dalam sekali. Damai bersama zaman.
Sabtu, 27 Juni 2015
En, Es dan Rumi
net |
Aku Es, aku memang orang baru dalam kehidupan Rumi. Maafkan aku En, jika kehadiranku mengusik kasihmu dengan Rumi mu, atau Rumi kita. Aku telah mati En, mati tenggelam dalam lautan. Kau tau, bagaimana cara aku mati. Sadis. Tubuhku terseret-seret, oleh ombak yang bercampur pasir. Aku tak terselamatkan. Aku telah kaku dan dingin.
Rabu, 10 Juni 2015
Surat dari Bekasi
net |
Pagi tadi, aku menginjakkan kaki di kampus, sudah lama tidak ku ketahui keadaannya. Sedikit berubah, kebisingan, parkiran yang memenuhi halaman gedung dan sudut-sudut kosong. Kebiasaan lama yang belum menghilang. Aku lansung menuju gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat, sambil senyam-senyum pada satu dua orang yang ku kenali.
Setiba didalam gedung, aku menguarkan amplop warna kuning, merobek sisinya, dan beberapa lembaran Ijazah aku tarik. Amplop ini ku terima pagi kemarin, seorang tukang pos mengantarnya ke kantor. Amplop ini sempat menginap di dalam tas ku, semalam. Ketika lembarannya ku tarik, tiba-tiba kertas berbentuk segi tiga jatuh dari dalam amplop. Kertasnya hanya dilipat dua. Sejenak aku bingung, sebab tidak ada laporan akan ada berkas tambahan, apalagi bentuknya kecil.
Minggu, 07 Juni 2015
Yang tidak ku tahu rupanya
Yang ku dengar
hanya suara yang meraba dalam hening, menghapus duka yang terlahir dari
genangan luka. Sekonyong-konyongnya, air mata mengalir dan kau orang asing bak
muara. Diam dan menerima tempahan duka yang seolah tak mau habis.
Setelah semuanya
terlepas, aku baru sadar. Dan kita mengawali perkenalannya dari nol. Ku tahu
tentangmu setidaknya dua hal, negeri asalmu dan nama. Itu saja. Dulu aku sempat
menyesal kenapa tidak ku tanyakan semua tentangmu. Aku bodoh, cela ku sambil
menokok kepala sendiri.
Malam itu cukup.
Selasa, 31 Maret 2015
Orang Asing
net |
Ini tentang orang asing, orang yang belum ku temui di dunia ini. Kali ini aku berbicara nyata, ia ada, hanya saja tidak disisiku.
Entah bagaimana
ceritanya, dalam kesakitan ini aku merasakan keberadaannya yang begitu dekat.
Kehadirannya mampu menghapus rasa sakit, menciptakan tawa, dan pada akhirnya aku
merinduinya. Bila dia tidak mengirim kabar. Satu hal yang cukup aneh untuk aku akui, satu hal yang butuh alasan banyak untuk dipertanyakan dan aku tidak siap dengan jawabannya.
Rabu, 04 Maret 2015
Takdir Tuhan
net |
Wahai kau yang bersembunyi di ujung malam, lama kita tak menyapa, apa kabar malammu? seringkah turun hujan? sehatkah ragamu? tenangkah hatimu? bahagiakah hidupmu?
Mungkin aku terlalu banyak bertanya, akhir-akhir ini aku memang begitu cerewet. Entahlah... tapi disinilah aku bisa bertanya sebanyak-banyaknya, tanpa dimarahi atau tanpa dianggap ocehan belaka yang pada akhirnya sebuah kebosanan.
Aku tidak pedulikan itu, disini ruang jiwaku, aku bebas merayu siapapun yang ku inginkan walaupun tidak dianggap ada. Karena aku bukan yang terbaik dari yang ada. Aku juga tidak meminta untuk dipercayai. Dia terlahir dari sebuah kerinduan, dan kalian tidak bisa menemukan dia di dunia ini, tidak pula di dunia lain, tidak di dunia maya apalagi di dunia nyata. Dia tak ada.